Jumat, 03 Mei 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR (SITU BABAKAN)


BAB III
GAMBARAN KAWASAN


 3.1 Bangunan dan Arsitektur Kawasan Situ Babakan
 ·         Kawasan Situ Babakan

    Kawasan Situ Babakan adalah sebuah kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan  budayanya yang masih terjaga secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya.

 246675_1918010743119_1027527330_31840525_6086264_n

Gambar 3.1 Pintu gerbang kawasan situ babakan dan jembatan gantung di kawasan situ babakan
Sumber : setubabakan.wordpress.com 



·         Rumah Adat Betawi di Kawasan Situ Babakan

  252843_1918000262857_1027527330_31840501_522865_n setu babakan1 

Gambar 3.2 Rumah Adat Betawi di Kawasan Situ Babakan
Sumber : setubabakan.wordpress.com 


Bangunan di kawasan Situ Babakan serta Rumah – rumah warga tetap mempertahankan Arsitektur Tradisional Betawi, dari fasade terlihat elemen – elemen arsitektural yang khas, seperti balaksuji (tangga depan sebelum masuk ke dalam rumah), lantainya dibuat lebih tinggi dari tanah layaknya rumah panggung, penggunaan lisplang yang diberi ornamen ‘gigi balang’, yakni papan kayu yang dibentuk dengan ornamen segitiga berjajar.

Bagian depan rumah memiliki teras terbuka yang dikelilingi pagar rendah terbuat dari  kayu. Di sinilah, biasanya pemilik rumah menjamu tamu yang datang bertandang, struktur rangka dari kayu, namun seiring perkembangan zaman, rumah Betawi kini banyak dibangun dengan dinding tembok. Demikian pula dengan lantai rumah, dulu hanya beralas tanah, tetapi kemudian berkembang dengan menggunakan plesteran semen atau tegel, hingga lantai keramik. Warna bangunan didominasi warna coklat untuk kayu, dinding tembok berwarna putih, lisplang berwarna coklat dan ada pula yang berwarna hijau.


Gambar 3.3 Kawasan Situ Babakan
Sumber : setubabakan.wordpress.com  

Yang tak kalah menarik, di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan tahu gejrot.


Wisatawan yang berkunjung ke Situ Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran seni budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan, sunat, akikah, khatam Al-Qur‘an, dannujuh bulan, atau juga sekedar melihat para pemuda dan anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi, yaitu Beksi.

Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Situ Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing atau sekedar bersenda gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan mengelilingi danau

BAB IV
USULAN PENANGANAN PELESTARIAN


4.1       Kesimpulan

Keberadaan Cagar Budaya Betawi di Kawasan Situ Babakan menjadi langkah yang tepat untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Betawi yang semakin terpinggirkan perkembangan kota. Di Cagar Budaya ini masyarakat Situ Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi,  memancing, bercocok tanam, berdagang, kerajinan tangan, kesenian dan membuat makanan khasnya serta arsitektur tradisional Betawi. Situ Babakan juga menjadi tempat objek wisata.

4.2       Usulan

Untuk mempertahankan Cagar Budaya ini tetap hidup, kita harus terus mempublikasikan baik media cetak maupun elektronik dan menarik banyak masyarakat dan komunitas untuk berkunjung dan melestarikannya, salah satunya dengan lebih banyak menggelar kesenian – kesenian dan event khas Betawi yang diolah agar menarik khususnya untuk generasi muda dan menjadikannya pusat rekreasi seni, wisata dan edukasi. Rumah Tradisional Betawi harus tetap mempertahankan elemen-elemen arsitektur khasnya seperti balaksuji, lisplang gigi balang, dan lainnya. Cagar Budaya Betawi seperti ini harus banyak dikembangkan di kawasan – kawasan lain.

Dan hal yang cukup penting untuk mempertahankan keaslian dari cagar budaya ini maka perlu diperketat dengan peraturan dan pengawasan zoning lahan, agar pembangunan kota di sekitar kawasan tidak berbenturan dan merusak tatanan Cagar Budaya tersebut.

Sumber :
http://ahmadmuchtar19.blogspot.com
https://ahsinufadli.wordpress.com
https://setubabakan.wordpress.com  

Senin, 01 April 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR (SITU BABAKAN)


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Indonesia yang menjadi pusat pemerintahan, pembangunan, perekonomian dan lainnya yang menarik para penduduk dari berbagai daerah untuk tinggal dan datang ke kota ini. Hal ini dan perkembangan kota yang tidak seimbang menyebabkan semakin terpinggirnya warga Betawi yang mana warga asli Jakarta. Ini dapat menyebabkan Kota Jakarta tidak mempunyai karakter dan kekhasan daerah. Karena itu dibentuklah Cagar Budaya Betawi yang salah satunya yaitu Situ Babakan/ Danau.

Situ Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Situ Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi,  memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Kawasan huniannya memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana,, rutinitas keagamaan, maupun arsitektur rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar. Perkampungan  ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, jawa tengah, Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.

Sebelumnya ada kawasan yang direncanakan serupa yaitu di wilayah Condet, namun gagal karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi-nya, karena itu diperlukan cara yang tepat agar kawasan Situ Babakan ini berhasil mempertahankan, melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimanakah penanganan dan langkah untuk pelestarian kawasan Cagar Budaya Betawi Situ Babakan?

1.3 TUJUAN
Mendapatkan cara dan langkah yang tepat agar kawasan Cagar Budaya Betawi Situ Babakan daya tarik wisata warga DKI jakarta dan sekitarnya dan juga mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
  1. Latar belakang masalah, menguraikan mengapa penulis sampai pada pemilihan topik permasalahan yang besangkutan.
  2. Perumusan masalah, memberikan batasan masalah dari hasil pengamatan dan persoalan yang dikaji oleh penulis
  3. Tujuan, menggambarkan manfaat dan hasil-hasil yang diharapkan dan penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
  4. Sistematika pembahasan / penulisan, memberikan gambaran umum dan bab ke bab isi dan penulisan ilmiah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Situ Babakan
Situ Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang diperuntukkan untuk pelestarian warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.

Gambar 2.1 : Situ Babakan
Sumber : ihategreenjello.com

Situ Babakan merupakan danau buatan dengan area 30 hektare (79 akre) dengan kedalaman 1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan sebagai tempat wisata alternatif, bagi warga dan para pengunjung.

Peresmiannya Situ Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.

Dalam sejarahnya, penetapan Situ Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung(batal) dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Situ Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Situ Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Situ Babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacific Asia Travel Association (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.

Perkampungan Situ Babakan adalah sebuah kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan  budayanya yang masih terjaga secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya.

hal yang sangat disukai khususnya pecinta kuliner, di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan tahu gejrot.

Wisatawan yang berkunjung ke Situ Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran seni budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan, sunat, akikah, khatam Al-Qur‘an, dan nujuh bulan, atau juga sekedar melihat para pemuda dan anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi, Beksi.

Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Situ Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing atau sekedar bersenda gurau dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan mengelilingi danau.

2.2       Tindakan Pelestarian
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan (UU RI No. 11 Tahun 2010). Terdapat beberapa langkah dalam melestarikan Cagar Budaya yaitu:

  1. Pelestarian
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, pengertian Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan,dan memanfaatkannya.
Dalam Undang-Undang tersebut di atas, lembaga yang diberi fungsi untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat adalah museum.

Jika kita menyoal pelestarian warisan kebudayaan, maka akan tiba pada pemahaman akan sisi bendawi  dan bukan bendawi dari sebuah warisan. Dalam prakteknya, pendekatan secara holistik pelestarian bendawi dan bukan bendawi menimbulkan kerumitan tersendiri karena kedua unsur tersebut memiliki karakter yang berbeda. Sebuah warisan bendawi, sebut saja sebuah bangunan bersejarah, lebih mudah untuk dikatalogisasi, lalu menerapkan tindakan-tindakan pelindungan yang bersifat konservasi dan restorasi pada fisik bangunannya. Warisan bukan bendawi, di lain pihak, membutuhkan pendekatan yang lebih dalam karena melibatkan pelaku (manusia), kondisi sosial dan lingkungan yang sangat cepat berubah bila dibandingkan dengan bangunan itu sendiri.

Keterlibatan masyarakat atau komunitas masyarakat di sekitar warisan bendawi dalam segi pelindungan sangat dibutuhkan, karena dalam banyak kasus, kerusakan dini yang luput dari perhatian bermula dari ketidaktahuan atau ketidakpedulian masyarakat sekitar. Vandalisme, penjarahan, perusakan Cagar Budaya, merupakan contoh yang nyata.

Kesulitan dalam segi pelindungan bukan bendawi adalah manakala terdapat konsep sejarah di dalamnya. Menurut Drs. I Made Purna, M.Si., seorang peneliti pada BPSNT Bali, dalam memahami sejarah bangsa tercakup dua pengertian di dalamnya yaitu masa lampau dan rekontruksi tentang masa lampau. Masa lampau hanya terdapat dalam ingatan orang-orang (ingatan kolektif) yang pernah mengalaminya. Kenyataan ini baru bisa diketahui oleh orang lain apabila diungkapkan kembali dengan adanya komunikasi dan dokumentasi yang menjadi kisah atau gambaran tentang peristiwa masa lampau.

  1. Pengembangan
Pengembangan, dalam UU Cagar Budaya, adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.

Masyarakat atau komunitas dalam masyarakat dapat secara aktif bersama-sama dengan museum dapat terlibat dalam tahap pengembangan sebagai bagian dari pelestarian. Penelitian ilmiah dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk menelisik dan menelaah lebih lanjut tentang warisan bendawi dimaksud.

Revitalisasi memungkinkan masyarakat menikmati fungsi asal sebuah Bangunan Cagar Budaya, sebagai contoh sebuah bangunan bersejarah yang kini berfungsi sebagai kantor pemerintahan. Setelah dilakukan kajian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata bangunan dimaksud merupakan fasilitas pertunjukan pada masanya. Pada saat-saat tertentu, fungsi ini dapat dikembalikan seperti semula dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai pelestarian. Demikian juga dalam soal Adaptasi, misalnya penambahan ruangan pada bangunan tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Unsur-unsur publikasi Cagar Budaya dapat dikembangkan oleh masyarakat atau komunitas masyarakat melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Publik dapat menampilkan kegiatan-kegiatan promosi berupa pentas seni dan budaya.

  1. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya (UU Cagar Budaya 2010). Dalam konteks pelestarian, pemanfaatan Cagar Budaya adalah mutlak karena merupakan muara dari pelestarian. Salah satu tujuan Cagar Budaya dilindungi dan dikembangkan ialah agar dapat dimanfaatkan. Pemanfaatannya dapat berupa sarana pembelajaran, pusat rekreasi seni dan budaya, tempat diskusi dan lain sebagainya. Pemanfaatan Cagar Budaya harus ditekankan pada elemen pendidikan karena pemahaman tentang pelestarian itu lebih efektif dilakukan dengan pendekatan pendidikan. Pemanfaatan lainnya dapat berupa kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi, pariwisata, agama, sejarah, dan kebudayaan. Peran serta masyarakat dan komunitas turut andil besar dalam melestarikan kawasan Cagar Budaya.

  1.  Zoning
Zoning adalah suatu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi dan sekaligus mengatur peruntukan lahan, agar tidak terganggu oleh kepentingan lain yang terjadi disekitarnya, yang oleh Callcott (1989) disebutkan bahwa zonasi merupakan suatu cara atau teknik yang kuat dan fleksibel untuk mengontrol pemanfaatan lahan pada masa datang (Callcott,1989:38). Pernyataan yang dikemukaan oleh Callcott tersebut lebih di tekankan pada pengaturandan pengontrolan pemanfaatan lahan untuk berbagai jenis kepentingan yang diatur secara bersama. Sementara dalam zonasi cagar budaya tujuan utamanya adalah menentukan wilayahsitus serta mengatur atau mengendalikan setiap kegiatan yang dapat dilakukan dalam setiap zona.Dengan demikian maka zonasi cagar budaya yang dimaksud dalam hal ini, memiliki cakupanyang lebih sempit dibanding dengan pengertian yang dikemukakan oleh Callcott, namun memperlihatkan persaman antara satu dengan yang lainya, yaitu masing-masing mengacu pada kepentingan pengendalian dan pemanfaatan lahan agar dapat dipertahankan kelestarianya. Zoning sangat penting contohnya saja jika cagar budaya berada dalam kawasan kota, maka ancaman terbesarnya adalah aktifitas pembangunan kota yang tidak mengindahkan peraturan pelestarian cagar budaya. Oleh karena itu, penentuan strategi zoning harus bersifat aplikatif dan diupayakan dapat mengakomodir  berbagai kepentingan.

Zonasi terhadap situs cagar budaya ini harus dilakukan dengan perspektif yang luas untuk dapat menetapkan suatu sistem penataan ruang yang bijak dengan tetap berpegang pada prinsip pelestarian tanpa merugikan pihak manapun. Hal ini menjadi signifikan mengingat cakupan zonasi cagar budaya biasanya meliputi sebuah wilayah yang cukup luas. Dengan demikian penentuan batas zona harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat secara luas.



Jumat, 18 Januari 2019

KRITIK NORMATIF

Dalam kritik normatif ini, kritikus mempunyai pemahaman yang diyakini dan kemudian  menjadikan norma sebagai tolak ukur, karena kritik normatif merupakan salah satu cara mengkritisi berdasarkan prinsip tertentu yang diyakini menjadi suatu pola atau standar, dengan input dan output berupa penilaian kualitatif maupun kuantitatif.

  • Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
  • Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai
  • Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
  • Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
Metode Kritik Normatif
Karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatiF dibedakan kedalam 4 metode yaitu :

  • Metoda Doktrin
Satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur
  • Metoda Sistemik
Suatu norma penyusunan elemenelemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan
  • Metoda Tipikal
Suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik
  • Metoda Terukur
Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif
Jadi dalam kritik arsitektur ini saya ambil salah satu metode kritik arsitektur yaitu kritik metoda doktrin

Metode Kritik Doktrin

  • Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
  • Sejarah arsitektur dapat meliputi : Nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.
  • Melalui sejarah, kita mengenal :
Form Follow Function - Function Follow Form
Form Follow Culture - Form Follow World View
Less is More - Less is Bore
Big is beauty – Small is beauty
Buildings should be what they wants to be
Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction Methods, Regional Climate and Material Ornament is Crime - Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.

  • Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik.
Keuntungan Metode Kritik Doktrinal

  •         Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam        arsitektur
  •          Dapat memberi arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
  •          Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang
  •          Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
  •          Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu
  •          Memperkaya penafsiran

Kerugian Metode Kritik Doktrinal
  •          Mendorong segala sesuatunya tampak mudah
  •          Mengarahkan penilaian menjadi lebih sederhana
  •          Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal
  •          Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
  •          Memandang arsitektur secara partial
  •          Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
  •          Memperlebar tingkat konflik dalam wacana teoritik arsitektur


contoh kritik normatif dengan metode doktrin

GUGGENHEIM MUSEUM BILBAO




              Lokasi                               : Bilbao, Basque Country, Spanyol
Arsitek                              : Frank Gehry
Luas lahan                        : 32.700 m2
Peresmian                        : 18 October 1997
Konsep Bangunan           : Bergaya Arsitektur Kontemporer atau  Dekonstruktivisme 
                 
                Merupakan museum dan seni modern kontemporer. Museum ini dirancang oleh arsitek Kanada-Amerika yaitu Frank Gehry, dibangun oleh Ferrovial dan terletak di Bilbao, Basque Country, Spanyol. Guggenheim Museum Bilbao dibangun di sepanjang Sungai Nervion dan merupakan salah satu dari beberapa museum milik Solomon R. Guggenheim Foundation. Hal yang sangat mengagumkan dari Guggenheim Museum ini yaitu desainnya yang bergaya karya arsitektur kontemporer atau Corak bangunannya bergaya dekonstruksi yang unik dari seni arsitektur modern. Museum yang berada di Spanyol tersebut memiliki pameran tetap dan mengunjungi karya-karya seniman Spanyol dan internasional.

        Guggenheim selesai dibangun tahun 1980 Bangunan ini menjadi arsitektur yang merupakan momen tunggal dalam budaya arsitektur karena berupa arsitektur langka. Bangunan menempati total 24000 meter persegi dan terdiri dari serangkaian volume kompleks yang berinteraksi satu sama lain dengan cara spektakuler, dengan jelas mengabaikan hukum statika. Museum ini adalah bangunan paling sering disebut sebagai karya yang menakjubkan tak hanya di Spanyol tetapi juga di tingkat internasional. Hal tersebut berdasarkan survey di kalangan ahli arsitektur di tahun 2010.   
Bangunan ini menjadi yang paling penting dari karya-karya yang terkandung di dalamnya dan salah satu bangunan paling spektakuler dari dekonstruksionisme. Dirancang di perairan yang tercermin meningkat bahkan lebih yang spektakuler, terutama pada malam hari ketika Anda mempertimbangkan bahwa tingkat air ditempatkan burner yang menonjol api berwarna dicampur dengan semprotan air.

              Bentuk bangunan ini sering diinterpretasikan sebagai seekor ikan, walaupun ia tidak secara eksplisit tergambar seperti itu. Namun konteks kota Bilbao yang berada di antara dua sungai dan tapak Guggenheim sendiri yang berada di tepi air menjadikan proses pembentukan bangunan ini mengambil bentuk dari seekor ikan dengan pola bekas air di sekitarnya Frank Gehry mengambil bentuk ikan ini dikarenakan bangunan ini diapit oleh dua sungai.


       Yang mencolok dari bangunan ini adalah, elemen penutup yang menyelimuti hampir seluruh bangunan ternyata bukan dari pelat besi atau aluminium seperti pada karya-karya Gehry sebelumnya, melainkan terdiri dari lapisan bahan metal yang sangat kuat dan tahan ratusan tahun, yaitu titanium, yang biasanya digunakan untuk membuat pesawat terbang.

        Dampak dengan lingkungan sekitarnya tentu kuat tetapi tidak cukup untuk membuat gangguan, memang struktur mengesankan menyatu dengan lingkungan berkat keanggunan sederhana dari bahan Titanium yang membuat struktur brilian hampir seperti sisik ikan (lembaran batu kapur dan lembar kaca yang dibentuk oleh thermal kristal ganda yang melindungi interior dari panas dan radiasi matahari).


            Pemandangan paling spektakuler adalah didalam atrium setinggi 55 m yang tersusun dari kepingan- kepingan dinding masif dan transparan yang meliuk-liuk dan menciptakan ruang yang yang sangat plastis dan sculptural. Eksteriornya memiliki gaya yang unik berbahan kaca dan batu pasir serta berlapis plat titanium. Dari atrium ini kita juga bisa menuju ruang luar yang menghadap sungai dan kota tua Bilbao sengan bukaan kaca berukuran besar yang dilengkapi kanopi berkolom tunggal dan menjorok ke arah sungai.


             Di sekitar area museum terdapat dua patung unik. Tepatnya di pintu masuk berdiri anjing raksasa yang terbuat dari rangkaian ratusan bunga hasil kreasi Jeff Koons. Tak jauh dari situ, giant spider karya Louise Bourgeois ikut berdiri dengan angkuhnya menghadang setiap pengunjung museum.



Kamis, 20 Desember 2018

KRITIK TIPIKAL


Definisi

Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.



Hakikat Metode Kritik Typical
·     Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian teoritikus dan sejarawan arsitektur karena desain menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi)
·    Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, fungsi (utility) dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah terstandarisasi dan terangkum dalam satu typologi
·         Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller : Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
·      March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
·   Typical Criticsm diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik




Elemen Kritik Typical
A.      Struktural
(Struktur) Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang sama.
  • Jenis bahan
  • Sistem struktur
  • Sistem Utilitas dan sebagainya.
  • Function (Fungsi)



Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
·         Kebutuhan pada ruang kelas
·         Kebutuhan auditorium
·         Kebutuhan ruang terbuka dsb.
·         Form (Bentuk)
  •         Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
  •   Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
  •      Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.
  •  Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard : Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.


Contoh Analisis Bangunan yang Menggunakan Metode Kritik Typikal
1.      Obyek yang dianalisis : Depok Town Square
Bangunan pembanding sejenis      : Cilandak Town Square


Depok Town Square (Detos)


Cilandak Town Square (Citos
Depok Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan Margonda Raya, Depok. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk berbelanja bagi penduduk yang bermukim di Depok.

Cilandak Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di daerah Cilandak. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk berbelanja bagi penduduk yang bermukim di daerah Jakarta Selatan.

Dalam hal ini Citos merupakan salah satu Town Square pertama yang berdiri di kota Jakarta dan telah banyak menginspirasi bangunan publik sejenisnya dalam hal perancangan arsitekturnya. Maka dari itu dengan menggunakan metode kritik tipikal akan dibandingkan kedua bangunan public sejenis ini dengan parameter yang disediakan sehingga dapat diketahui apakah Detos sudah memenuhi standar untuk menjadi sebuah Town Square di kota Depok.

Keterangan :
·         Detos : Depok Town Square
·         Citos   : Cilandak Town Square
·         Elemen Struktur :
·         Jenis Bahan;

·         Detos :
·         Fasad bangunan      : kaca, beton dan besi
·         Struktur                     : kolom dan balok beton
·         Plat Lantai                 : keramik marmer

·         Citos :
·         Fasad bangunan      : kaca dan beton
·         Struktur                     : kolom dan balok beton
·         Plat Lantai                 : plat beton dengan finishing cat


Interior Depok Town Square


Interior Cilandak Town Square

Sistem Struktur
Detos  : kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
Citos    : kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang

Sistem Utilitas
Detos  : sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac, listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar.
Citos    : sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac, listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar hanya saja kebersihan dan keterawatannya jauh lebih baik dari Detos.

Fungsi Bangunan
Detos  : Bangunan komersial yang lebih mengarah ke pusat perbelanjaan. Oleh karena itu Detos memiliki banyak kios-kios untuk disewakan dibandingkan dengan Citos.
Citos    : Bangunan komersial yang lebih mengarah ke tempat hang-out(berkumpul). Memiliki banyak cafe dan restoran dengan konsep interior yang baik.

Bentuk Bangunan
Detos  : Bentuk bangunan terlihat masif dan perancangannya lebih mengutamakan space untuk ruang dalam yang luas(memaksimalkan lahan untuk bangunan). Untuk memberikan efek modern dan asimetris pada fasad diberikan bentukan-bentukan yang unik dengan menggunakan material  yang bervariasi baik warna dan jenisnya.


Fasad Depok Town Square

Citos    : Bentuk bangunan memanjang (linier) dan lebih mengutamakan perancangan ruang terbukanya, perancangan interior terlihat lebih terbuka dan sadar lingkungan dengan banyaknya teras dan balkon serta awning polikarbonat yang memberikan pencahayaan alami ketika siang hari.

Fasad Cilandak Town Square

Kesimpulan
Dari hasil analisis dengan metode tipikal didapat hasil bahwa bangunan Detos sudah cukup memenuhi kriteria untuk menjadi bangunan publik berdasarkan cukup banyaknya hasil yang sama dari parameter yang dijadikan standar. Citos sebagai bangunan Town Square yang pertama ada di Jakarta telah memberikan inspirasi bagi Depok Town Square untuk mengadopsi nilai-nilai dalam perancangan sebuah Town Square. Ada pun yang masih perlu diperhatikan adalah perancangan ruang terbuka harus diperhatikan agar kesan Town Square semakin terlihat.

Kelebihan Kritik Typikal
  •  Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu
  • Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
  • Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi
  • Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
  •  Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain
 Kekurangan Kritik Typikal
  • Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
  • Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
  • Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
  • Tidak memeiliki pemikiran yang segar
  • Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

Akibat yang Ditimbulkan Kritik Typikal
  •  Munculnya Semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk PSEUDO THEORITIC
  •   Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
  •   Banyak penelitian yang mengarah pada hanya sekadar penampilan bentuk bangunan
  •  Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan yang bersifat individual.
  • Munculnya satu bentuk tipikal arsitektur yang eternal dan menguasai daya kreasi perancang
  •  Lahirnya periode historis suatu konsep menjadi sebuah paham yang bersifat kolektif